Batik Tulis Garutan Tembus Pasar Singapura hingga Afrika : Okezone Economy

Berita77 Dilihat

GARUT – Batik Tulis Garutan asal Kabupaten Garut, Jawa Barat, tembus pasar internasional. Batik hasil karya para pengrajin Garut ini sudah dijual di Singapura hingga Afrika.

Pengrajin Batik Tulis Garutan asal Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Ria Apriani mengaku sudah mengirim hasil kerajinan ke dua negara seperti Sudan dan Singapura. Menurutnya, pemasaran Batik Tulis Garutan ke luar negeri dilakukan secara online.

“Pemasarannya secara online, dikirim ke beberapa daerah di Indonesia. Paling jauh ke Sudan benua Afrika dan Singapura,” kata Ria Apriani saat ditemui MNC Portal Indonesia (MPI) di pameran Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU) Akbar di kompleks Pendopo Garut, Selasa (8/8/2023).

Menurutnya, pembeli karyanya sebagian besar merupakan para pegiat atau pecinta seni batik. Dia menyebut motif Batik Tulis Garutan yang paling banyak diminati para pembeli adalah motif fauna, seperti burung merak dan bulu ayam.

“Tapi ada juga motif-motif lain yang dibeli, cuma paling banyak motif fauna seperti merak dan bulu ayam,” ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan pengrajin Batik Tulis Garutan lainnya, Kristi Jesica. Ibu dua anak asal Gg Gunung Kendang, Kecamatan Garut Kota, ini telah memasarkan Batik Tulis Garutan ke negara tetangga, Malaysia.

Mengamini apa yang diucapkan Ria Apriani, Kristi mengaku memasarkan batik hasil kerajinan tangannya melalui online. Selain merambah pasar luar negeri, batik karyanya juga telah rutin dikirim ke beberapa daerah di Indonesia.

“Pelanggan saya rata-rata luar daerah, seperti Bogor, Jambi, Bali, Bandung, Tangerang, Jakarta, dan lainnya. Salah satu tokoh yang pernah membeli batik buatan saya adalah Teten Masduki,” ujar Kristi.

Bagi Kristi, menjadi pengrajin Batik Tulis Garutan bukan hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, melainkan mempertahankan tradisi keluarganya dalam membatik. Di keluarganya, membuat batik telah berlangsung secara turun-temurun.

Kristi Jesica merupakan generasi kelima yang membuat batik di keluarganya. Kemampuan membatik diperolehnya secara otodidak, yaitu meniru tantenya saat ia belajar membatik sewaktu duduk di bangku SMP.

“Kalau Batik Tulis Garutan tidak bisa diandalkan untuk sehari-hari, karena menjualnya tidak setiap hari. Apalagi Batik Tulis Garutan yang membeli hanya para pecinta atau pegiat batik, tidak seperti kain atau pakaian biasa karena dipakai sehari-hari. Saya menekuni Batik Tulis Garutan lebih kepada mempertahankan tradisi keluarga, untuk melestarikannya sebab sudah dimulai sejak zaman nenek saya dahulu,” ungkapnya.

Baca Juga  Paham Kesulitan Pelaku UMKM, Bahlil: Dulu Bikin Izin Usaha Susah : Okezone Economy

Baca Juga: Bertabur Hiburan dan Edukasi Keuangan, Pesta Rakyat Simpedes 2023 Siap Menyapa Warga Bandung


Follow Berita Okezone di Google News


Per lembar kain Batik Tulis Garutan untuk ukuran 2,65 meter x 105 cm ia jual bervariasi, mulai dari Rp1,3 juta hingga Rp2 juta. Pengerjaannya pun memakan waktu berhari-hari karena dilakukan dengan cara ditulis pada kain menggunakan canting.

Kemunculan batik print dalam jumlah banyak dan dengan harga murah, menurut Kristi secara kualitas tidak terlalu berpengaruh pada Batik Tulis Garutan yang ia buat. Batik Tulis Garutan, kata dia, memiliki khas tersendiri dibandingkan dengan batik print.

“Dari kualitas berbeda, motifnya juga beda. Batik Tulis Garutan itu ada ratusan motif, saya sendiri memproduksi sekitar 80-an motif,” ujar Kristi.

Sementara dari segi penjualan, Kristi mengakui munculnya batik print beberapa tahun terakhir telah berpengaruh pada penjualan batik hasil produksinya. Meski demikian, Kristi meyakini produk batik print tidak akan pernah menggeser Batik Tulis Garutan, selama produk yang telah menjadi tradisi turun temurun keluarga di Garut itu tetap lestari.

membatik

“Kalau dari penjualan memang ada penurunan, yang biasa satu minggu ada pesanan sekarang berkurang. Tapi secara umum setiap bulan selalu saja ada pesanan, saya yakin pecinta batik bisa membedakan mana batik hasil tangan dan mana yang hasil cetakan mesin,” kata dia.

Baik Kristi dan Ria, keduanya berharap pemerintah membantu para pengrajin batik dari sisi promosi dan permodalan. Sebab, tidak sedikit para pengrajin Batik Tulis Garutan yang telah berhenti karena beragam faktor mulai dari tidak mampu bersaing hingga gagap teknologi dalam memasarkan secara digital dan daring.

“Hanya sedikit minat generasi muda pada Batik Tulis Garutan yang menyebabkan bidang kerajinan ini terkendala regenerasi. Sebagian besar sudah pada tua yang tidak mengerti mengakses teknologi untuk memasarkannya. Kami berharap pemerintah membantu dari segi permodalan dan promosi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Garut Ridzky Ridznurdhin membenarkan jika produk lokal Garut telah mendunia. “Sudah banyak produk asal Garut yang dijual ke luar negeri seperti jaket kulit, lalu ada kripik dan sale pisang. Batik Tulis Garutan juga ada yang dijual. Hanya kendalanya kami tidak memiliki data pasti terkait berapa jumlah UMKM di Garut sekarang,” ujar Ridzky.

Baca Juga  PKS Berharap Makan Siang Jokowi Bersama Bakal Capres Bukan Aksi Cuci Piring Dugaan Nepotisme

Menurut dia, data yang dimiliki Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut tidak terupdate secara rutin oleh berbagai alasan. “Data pelaku UMKM berubah setiap tahun, bisa berkurang bisa bertambah, misal karena ada yang meninggal, ada yang pindah dan lainnya. Selain itu cakupan dan sebarannya luas sehingga menyulitkan bagi kami untuk melakukan pendataan,” katanya.

Kendala tersebut, menurutnya cukup berpengaruh pada kebijakan yang akan diberikan pemerintah mulai dari pemberian sejumlah bantuan hingga program pelatihan. Ridzky pun sependapat jika pemerintah memang semestinya memberikan perlindungan dan bantuan bagi para pelaku UMKM untuk berkembang.

“Cukup banyak memang UMKM ini, tapi pendataannya kami terkendala karena sebarannya luas di seluruh Garut. Makanya kami meminta sejumlah pihak mulai dari BUMN sektor perbankan hingga pembiayaan untuk data UMKM ini, sebab pasti para pelaku usaha mendaftarkan data diri mereka saat mengajukan pinjaman,” terangnya.

Melalui data yang diperoleh ini, lanjut Ridzky, pemerintah nantinya dapat mengeluarkan kebijakan yang tepat terkait bantuan pelatihan, promosi, hingga bantuan keuangan atau permodalan. Sementara itu, Direktur Bisnis PT Permodalan Nasional Madani Prasetya Sayekti, menyatakan kesiapannya dalam mendukung para pelaku UMKM di Garut.

Sebagai BUMN yang membantu dari sisi pembiayaan ultra mikro, jelas Prasetya Sayekti, PNM juga siap memberikan dukungan berupa edukasi literasi pada para pelaku usaha.

“Bukan hanya memberikan bantuan modal, kehadiran kami (PNM) juga memberikan literasi edukasi hingga pendampingan terkait apa yang dibutuhkan pelaku usaha,” ucap Prasetya.

Terkait bantuan promosi, Prasetya mengatakan bahwa hal tersebut akan dilakukan. Bisnis matching yang dimiliki PNM akan dimaksimalkan dalam bentuk literasi digital dan promosi secara luas.

“Kita berikan literasi digital, bisa melakukan promosi di sosmed akan semakin luas, semakin lebar begitu juga dalam kaitannya kita secara sosial kita mempunyai komunitas nasabah-nasabah kita yang lain, ada bisnis matching mulai dari mungkin supply produknya, namanya, bahan bakunya kemudian nanti pemasarannya,” jelasnya.

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *