WARTAKOTALIVE.COM, CENGKARENG TIMUR — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta membeberkan ada 10 kelurahan di wilayah DKI Jakarta yang memiliki frekuensi kebakaran tertinggi, salah satunya Cengkareng Timur.
Menurut Isnawa Adji selaku Kepala BPBD DKI Jakarta, dari Januari hingga September 2023 saja, ada sekira 1.000 kasus kebakaran yang tercatat oleh pemadam kebakaran (Damkar) dan 400 kasus tercatat oleh BPBD.
Oleh karena itu, pihaknya merangkul 120 petugas gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, PLN, Kontraktor Listrik, hingga Baznas DKI Jakarta, untuk blusukan ke rumah-rumah warga dan mengecek instalasi listriknya.
Pantauan Wartakotalive.com di lokasi, para petugas gabungan itu dibagi ke dalam empat kelompok.
Masing-masing ditugaskan untuk memantau instalasi listrik ke empat RW yang ada di Kelurahan Cengkareng Timur.
Baca juga: 74,7 Persen Kebakaran di Jakarta Akibat Korsleting Listrik, Paling Banyak di Kawasan Cengkareng
Tim dari PLN terjun langsung untuk mengecek tegangan listrik rumah warga menggunakan tang amphere.
Di saat yang bersamaan, petugas dari Damkar dan BPBD memberikan edukasi kepada warga terkait penanganan kebakaran dan apa saja yang perlu diperbaiki untuk mengantisipasi hal tersebut.
“Apakah misalnya meterannya sesuai dengan penggunaan listriknya atau enggak, kalau sesuai pasti udah selesai (pengecekannya),” kata Isnawa saat ditemui di Kantor Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat, Kamis (21/9/2023).
“Tapi kalau seandainya ditemukan ada suatu kejanggalan misalnya ada konveksi kok meterannya itu seperti meteran rumah biasa, padahal mereka menggunakan instalasi listriknya, volume listriknya cukup tinggi, nah ini tentunya akan menjadi tugas teman-temab PLN ahli konsul mengecek lebih dalam lagi,” imbuh dia.
Baca juga: Pelaku LGBT Tertangkap Basah di Sebuah Indekos di Jakarta Selatan Saat Digerebek Petugas
Isnawa berujar, apabila saat blusukan ditemukan ada warga yang melanggar ketentuan dan instalasi listriknya membahayakan warga sekitar, maka akan langsung ditindak dan diberi sanksi.
Pasalnya kata Isnawa, 90 persen penyebab kebakaran adalah karena korsleting listrik.
“Ilustrasinya, bangunan atau rumah di Jakarta itu banyak yang dibangun tahun 1970, 1980-an menggunakan mungkin kabel-kabel listrik di tahun itu yang mungkin belum diganti sebesar untuk penggunaan listrik sekarang,” jelas Isnawa.
“Dulu mungkin rumah isinya cuma TV, setrikaan lampu, misalnya sederhana. Sekarang kalau kami liat di kontrakan ini semuanya ada, laptop, handphone 3, kipas angin, hairdryer, dll. Itu kan digunakan bersamaan, tentu akan terjdi penggunaan intensitas listrik yang melebihi dari ketentuan,” lanjutnya.
Tak hanya itu, Isnawa juga menyinggung soal kabel-kabel serabutan yang sudah usang dan rentan menyebabkan kebakaran, kerap terpasang di rumah-rumah warga.
Baca juga: Pemkot Jakarta Utara Segera Fasilitasi untuk Relokasi Eks Kampung Bayam ke Rusunawa
Quoted From Many Source