Harga Minyak Balik Menguat setelah Arab Saudi dan Rusia Kurangi Produksi hingga 1 Juta Barel Hari : Okezone Economy

Berita78 Dilihat

JAKARTA – Harga minyak melonjak hingga 2% pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB). Harga minyak balik menguat karena Arab Saudi dan Rusia mengambil langkah untuk menjaga pasokan tetap ketat hingga September.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober terangkat USD1,94 atau 2,3% menjadi USD85,14 per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September bertambah USD2,06 atau 2,6% menjadi USD81,55 per barel di New York Mercantile Exchange.

Arab Saudi menyampaikan bahwa akan memperpanjang pengurangan produksi minyak hingga satu juta barel per hari dalam bulan ketiga termasuk September. Bahkan dapat memperpanjang waktu lebih dari itu. Produksi Saudi diperkirakan sekitar 9 juta barel per hari pada September.

Sementara Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mengatakan, Rusia akan memangkas ekspor minyak sebesar 300.000 barel per hari pada September. Pengurangan ini diumumkan mengikuti langkah pada Juni oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, untuk membatasi pasokan minyak hingga 2024.

Sementara itu, para menteri OPEC+ akan bertemu pada Jumat untuk meninjau pasar.

“Kami memperkirakan pertemuan (OPEC+) akan menghasilkan kelompok produsen melanjutkan pengurangan produksi yang awalnya dibuat pada pertemuan 5 Oktober, dan meningkat secara sukarela pada pertemuan 3 April dan 4 Juni,” kata Analis ClearView Energy Partners, dikutip dari Antara, Jumat (4/8/2023).

Harga minyak naik meskipun ada kekhawatiran bahwa beberapa bank sentral di seluruh dunia akan terus menaikkan suku bunga untuk mengurangi inflasi yang membandel, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Di Amerika Serikat, sejumlah orang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran naik sedikit minggu lalu, sementara PHK turun ke level terendah 11 bulan pada Juli karena kondisi pasar tenaga kerja tetap ketat. Meskipun ketatnya pasar tenaga kerja, beberapa analis mengatakan prospek inflasi terus membaik.

Baca Juga  Dilantik Kepala Pengawas Kripto OJK, Ini Rencana Kerja Hasan Fawzi

Baca Juga: Bertabur Hiburan dan Edukasi Keuangan, Pesta Rakyat Simpedes 2023 Siap Menyapa Warga Bandung


Follow Berita Okezone di Google News


Pada saat yang sama, sektor jasa-jasa AS melambat pada Juli karena bisnis menghadapi harga input yang lebih tinggi meskipun permintaan terus meningkat, menunjukkan jalan menuju inflasi rendah bisa panjang dan lambat.

“Indikator aktivitas ISM (Institute for Supply Management) menunjukkan bahwa manufaktur berada dalam resesi dan output sektor jasa menjadi sedikit lebih lamban,” kata Analis ING, dalam sebuah catatan.

China sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia, bank sentralnya berjanji untuk mengarahkan lebih banyak sumber keuangan ke ekonomi swasta, menunjukkan urgensi baru dari Beijing untuk meningkatkan kepercayaan saat momentum ekonomi melemah.

Penurunan harga minyak dalam beberapa pekan terakhir telah memangkas volatilitas berjangka close-to-close 30 hari historis atau aktual Brent ke level terendah sejak Februari 2022. Di pasar minyak lainnya, diesel berjangka AS naik sekitar 2,0% ke level tertinggi sejak Januari 2023.

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *