Musim dingin yang akan datang akan menjadi ujian nyata bagi penduduk Ukraina yang kelelahan di tahun ketiga perang.
Rusia terus-menerus menurunkan infrastruktur energi negaranya, karena pembangkit listrik, sub-stasiun jaringan listrik, dan fasilitas penyimpanan menjadi sasarannya.
Di negara yang suhu musim dinginnya sering turun di bawah titik beku, kebutuhan terhadap jaringan listrik Ukraina akan sangat besar.
Kota-kota yang berada di garis depan, seperti Kharkiv, akan menanggung beban paling berat karena dua pembangkit listrik yang melayani kota tersebut telah hancur pada bulan Maret.
Rusia telah mengidentifikasi titik lemah dalam infrastruktur Ukraina. Jaringan energinya terlalu besar untuk dipertahankan dengan baik, terutama ketika pasokan pertahanan udara relatif terbatas.
Semakin berkurangnya kemampuan Ukraina untuk menghasilkan listrik yang cukup bagi penduduk dan perekonomiannya telah memaksa negara itu untuk semakin bergantung pada energi nuklir.
Kekhawatiran akan terjadinya krisis nuklir membuat pembangkit listrik tenaga nuklir yang masih berada di bawah kendali Ukraina relatif tidak tersentuh.
Namun Ukraina memiliki banyak kebutuhan energi dalam satu keranjang tersebut. Tenaga nuklir saat ini menyediakan 70 persen kebutuhan energi Ukraina, salah satu tingkat tertinggi di dunia, bahkan lebih tinggi dari 65 persen kebutuhan energi Perancis.
Kemungkinan besar tidak ada seorang pun yang akan mulai mengebom pembangkit listrik tenaga nuklir, namun gardu induk dan pusat saklar listrik – yang bertanggung jawab menyalurkan listrik ke jaringan listrik – rentan dan sulit diperbaiki atau diganti.
Pemadaman listrik bergilir selama musim panas merupakan hal biasa, namun seiring dengan bergantinya musim gugur ke musim dingin, kekurangan listrik ini akan semakin terasa – tidak hanya karena kurangnya pemanas rumah tangga namun juga karena sulitnya memenuhi kebutuhan industri pertahanan Ukraina yang semakin haus akan listrik.
Industri ini sangat penting dalam menjaga angkatan bersenjatanya tetap siap menghadapi berkurangnya dukungan dari Amerika Serikat.
Pemilu AS yang akan segera terjadi
Terlepas dari siapa yang memenangkan pemilu pada tanggal 5 November, sentimen Amerika terhadap Ukraina, meski masih mendukung, terus menurun.
Tekanan fiskal dalam negeri, kelelahan akibat perang dan pengalihan sumber daya militer ke Israel selama setahun terakhir telah mengikis niat baik dan dukungan yang diberikan kepada Ukraina setelah invasi.
Jika Wakil Presiden dan calon dari Partai Demokrat Kamala Harris menjadi presiden, dia kemungkinan akan mendorong agar bantuan tersebut dipertahankan pada tingkat yang sekarang.
Namun, kombinasi dari potensi Senat yang dikuasai Partai Republik dan semakin banyak anggota Partai Demokrat yang fokus pada isu-isu lokal – dan bertanya-tanya berapa lama waktu yang dibutuhkan Washington untuk mendanai perang di luar negeri – dapat membelenggu pemerintahannya.
Bantuan kemungkinan akan terus berlanjut, namun pada tingkat yang lebih rendah, ketika Ukraina sedang berusaha memecahkan kebuntuan melawan Rusia, yang sejauh ini telah memanfaatkan sekutu-sekutunya dengan sangat efektif.
Donald Trump, calon presiden dari Partai Republik dan mantan presiden, sangat vokal tentang kemampuannya menyelesaikan konflik dengan cepat.
Resolusi tersebut kemungkinan besar akan melibatkan kesepakatan yang akan menghentikan perang seperti saat ini, dengan sebagian besar wilayah timur Ukraina yang kaya sumber daya diduduki oleh Rusia.
Penurunan bantuan AS ke Ukraina kemungkinan akan memaksa Kyiv untuk akhirnya menerima kesepakatan yang secara efektif akan membekukan konflik, namun tidak menyelesaikannya.
Jeda yang signifikan dalam perang akan memungkinkan Rusia untuk mempersenjatai kembali dan mengisi kembali militernya, dan konflik yang membeku akan menjadi penghalang bagi Ukraina untuk masuk ke dalam NATO.
Meskipun hal ini juga akan memberi Ukraina kesempatan untuk membangun pasukannya, hal ini tidak akan memberikan jaminan keamanan yang diperlukan Presiden Volodymyr Zelenskyy untuk menghentikan Rusia memulai kembali konflik dalam waktu dekat.
AS, yang telah mendorong Eropa untuk meningkatkan dan mengisi potensi kekurangan bantuan militer, saat ini menyediakan sebagian besar modal ventura untuk perusahaan-perusahaan pertahanan baru di Eropa.
Eropa mungkin memberi isyarat
Uni Eropa, yang sebagian besar anggotanya juga merupakan bagian dari NATO, telah berulang kali menjanjikan dukungannya terhadap Ukraina, seiring invasi Rusia yang memfokuskan kembali prioritas pertahanan aliansi dan blok tersebut.
Potensi kekurangan bantuan AS sangat besar dan industri pertahanan Eropa baru saja mulai meningkatkan produksinya. Banyak yang khawatir bahwa ketika kapasitas industri ditingkatkan dan miliaran dolar dibelanjakan, perjanjian damai akan ditandatangani, sehingga menghilangkan kebutuhan akan peralatan militer dalam jumlah besar. .
Selain potensi risiko ekonomi, secara politik Eropa tidak berbicara dengan satu suara.
Banyak anggota UE yang bergeser ke kanan, yang dapat mempengaruhi dukungan blok tersebut terhadap Ukraina.
Jerman, donor terbesar kedua setelah AS, telah mengumumkan rencananya untuk mengurangi separuh bantuan militer yang diberikan kepada Ukraina pada tahun depan.
Presiden Hongaria, Viktor Orban, secara terbuka menyatakan bahwa kemenangan tidak dapat diraih di medan perang dan negosiasi harus dimulai.
Keanggotaan UE juga merupakan isu penting lainnya, karena Ukraina melihatnya sebagai salah satu buah dari kemenangan atas Rusia, sementara anggota UE menganggapnya sebagai bagian dari solusi yang dinegosiasikan.
Meskipun dukungan terhadap Ukraina tetap tinggi, banyak negara Eropa berpendapat bahwa bantuan militer harus disalurkan ke Ukraina agar Ukraina dapat berjuang demi kondisi yang lebih baik di meja perundingan di masa depan.
Sebaliknya, mayoritas warga Ukraina masih mengharapkan kemenangan total dan penghapusan total Rusia dari wilayahnya.
Harapan akan kemenangan menentukan Ukraina di medan perang mendorong pemikiran ini, namun hal itu mungkin tidak mungkin terjadi.
Memecah kebuntuan
Meskipun Ukraina melakukan serangan mendadak melintasi perbatasan ke Kursk pada akhir bulan Juli, perang tersebut masih merupakan perang yang menguras tenaga, yaitu “penghancuran” pasukan Ukraina dan Rusia, dengan kerugian yang besar.
Perkiraan intelijen Barat menyebutkan kerugian orang Rusia sekitar 1.200 orang tewas dan terluka setiap hari. Meskipun mengalami kerugian yang sangat besar, pasukan Rusia terus bergerak maju di Donetsk, mendekati kota strategis Pokrovsk.
Di selatan, Rusia telah merebut Vuledhar dan kini terdapat laporan intelijen Ukraina mengenai penambahan pasukan dalam jumlah besar di selatan, dengan semakin besarnya kemungkinan serangan baru Rusia terhadap posisi Ukraina, mendorong ke arah kota Zaporizhzhia.
Serangan Rusia yang berhasil mendorong ke utara, ditambah dengan perebutan Donetsk di timur, akan berdampak besar pada konflik tersebut.
Ditekan di tiga sisi, Ukraina akan kesulitan mempertahankan pasukannya di sisi timur Sungai Dnipro. Dengan berakhirnya kegagalan serangan sungai Ukraina sebelumnya di selatan, serangan lintas batas ke Kursk terhenti dan memperlambat kemajuan Rusia menuju kota Kupiansk di timur laut, pasukan Ukraina terus ditekan.
Ukraina telah memperbarui upaya rekrutmennya, berusaha meningkatkan jumlah yang dibutuhkan untuk membendung gelombang Rusia.
Menemukan cara untuk melakukan serangan yang diinginkan Ukraina dalam waktu dekat akan menjadi tantangan serius bagi Presiden Zelenskyy, meskipun ada banyak dukungan di dalam negeri untuk kemenangan militer. Kebuntuan mungkin bisa dipecahkan, namun Rusia mungkin bisa memecahkannya.
