Berita Proses pemilihan uskup masih menjadi kekhawatiran para delegasi sinode

VATICAN CITY (RNS) — Meski Paus Fransiskus mencoretnya dari agenda, namun pengangkatan uskup masih dibicarakan secara pribadi oleh anggota sinode. Paus Fransiskus tidak memasukkan isu

Redaksi

Berita Proses pemilihan uskup masih menjadi kekhawatiran para delegasi sinode

VATICAN CITY (RNS) — Meski Paus Fransiskus mencoretnya dari agenda, namun pengangkatan uskup masih dibicarakan secara pribadi oleh anggota sinode. Paus Fransiskus tidak memasukkan isu ini dan sejumlah isu lainnya ke dalam agenda karena ia ingin sinode fokus pada sinodalitas dan tidak terganggu oleh isu-isu kontroversial dan rumit.

Sinode Sinodalitas akan diadakan di Roma pada bulan Oktober, dengan para uskup dan umat awam mendiskusikan bagaimana membuat gereja lebih transparan dan akuntabel serta tidak terlalu bersifat klerikal. Mereka mencari cara untuk mendorong sikap mendengarkan dengan penuh hormat di dalam gereja sehingga umat Katolik dapat bersama-sama melihat ke mana Roh memimpin gereja.

Namun para delegasi memahami bahwa sinodalitas tidak akan terjadi kecuali didukung oleh para uskup di keuskupan mereka. Terlalu banyak uskup yang memandang sinodalitas sebagai ancaman terhadap otoritas mereka atau sekadar membuang-buang waktu. Transparansi, pendengaran dan akuntabilitas yang diperlukan dalam sinodalitas memakan waktu dan tidak memungkinkan para uskup melakukan apa pun yang mereka inginkan.

Pemilihan uskup telah menjadi isu yang diperdebatkan sejak zaman para rasul. Tidak ada cara yang sempurna untuk memilih uskup. Setiap prosedur mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Pada masa-masa awal, prosesnya sangat demokratis. Ketika seorang uskup meninggal, umat beriman akan berkumpul di katedral, melihat sekeliling dan bertanya, “Siapa yang akan menjadi pemimpin kita?”

Dalam keadaan ideal, rakyat mencapai konsensus dalam memilih pemimpin. Namun jika tidak ada konsensus, faksi-faksi dibentuk untuk mendukung kandidat yang berbeda. Ini adalah hasil demokrasi yang tidak bisa dihindari.



Seringkali, pada masa-masa awal gereja, perpecahan dalam masyarakat menyebabkan perselisihan yang kemudian menjadi kekerasan. Pada tahun 217, tentara kafir harus menghentikan perkelahian publik di antara umat Kristen di Roma yang memperebutkan siapa yang akan menjadi uskup mereka. Para prajurit menangkap kedua kandidat (Callixtus dan Hippolytus) dan mengirim mereka ke tambang timah di Sardinia.

Akhirnya, untuk menghindari pertikaian kaum awam mengenai siapa yang akan menjadi uskup, para pemilih dibatasi pada para klerus atau sebagian dari klerus, misalnya kapitel katedral.

Paus Leo I (440-461) mengatakan bahwa untuk memiliki seorang uskup yang sah, ia harus dipilih oleh para klerus, diterima oleh masyarakat dan ditahbiskan oleh para uskup di wilayah tersebut.

Para pendeta akan bertemu di katedral dan memilih seseorang. Mereka akan membawanya ke hadapan umat dan jika mereka bersorak, para pendeta dapat memperkenalkannya kepada para uskup regional. Jika masyarakat mencemooh, ulama harus mencoba lagi. Jika para uskup di wilayah tersebut menolak menahbiskannya menjadi uskup, para klerus perlu mencari calon baru.

Ini adalah sistem check-and-balances yang disukai oleh para penulis Federalist Papers.

Ketika gereja semakin kaya, campur tangan dalam pemilihan uskup oleh raja dan bangsawan menjadi hal biasa. Mereka akan menggunakan ancaman kekerasan untuk memaksa pendeta memilih calon mereka, yang mungkin merupakan kerabat atau pendukung politik. Kepausan juga memberikan hak kepada raja untuk mengangkat uskup dengan imbalan dukungan politik atau keuangan. Dalam beberapa kasus, raja menggunakan kekuasaannya untuk mereformasi gereja, namun akibat yang biasa terjadi adalah keuskupan yang sangat korup, yang mempersiapkan gereja untuk Reformasi.

Para uskup menghadiri Misa yang dirayakan oleh Paus Fransiskus pada penutupan Sidang Umum Sinode Para Uskup ke-16, di Basilika Santo Petrus di Vatikan, 29 Oktober 2023. (AP Photo/Alessandra Tarantino)

Reformasi besar pada tahun 19th abad ini adalah menjauhkan penunjukan uskup dari para pemimpin politik dan memberikannya kepada paus, yang akan lebih mementingkan kesejahteraan gereja daripada pejabat pemerintah. Hal ini dimungkinkan karena Napoleon telah menghancurkan sebagian besar monarki Katolik.

Membiarkan pemilihan uskup berada di bawah kebijaksanaan Paus menimbulkan masalah tersendiri ketika Vatikan menempatkan kepentingannya di atas kebutuhan gereja lokal.

Setelah Konsili Vatikan Kedua, Paus Paulus VI mencari calon pastor di Amerika Serikat, khususnya yang memiliki hubungan baik dengan pendetanya. Mereka berbeda dengan uskup-uskup sebelumnya yang lebih seperti bankir dan pembangun.

Sebaliknya, Yohanes Paulus II terkejut dengan penolakan “Humanae Vitae,” ensiklik tahun 1968 yang melarang kontrasepsi buatan, oleh banyak teolog dan bahkan beberapa uskup. Oleh karena itu, ia mencari calon uskup yang akan menegakkan posisinya dalam isu-isu gereja. Benediktus XVI melanjutkan kebijakan Yohanes Paulus. Loyalitas lebih diutamakan daripada kualitas pastoral.

Paus Fransiskus sekali lagi mencari uskup-uskup pastoral, khususnya yang dekat dengan masyarakat miskin. Ia lebih nyaman berdiskusi dan berdebat di gereja.

Proses seleksi saat ini sangat bergantung pada nuncio, wakil paus untuk gereja lokal dan pemerintah suatu negara. Dia mengajukan tiga calon keuskupan terbuka kepada Dikasteri Uskup bersama dengan laporan mengenai keuskupan dan berkas mengenai masing-masing calon. Dia memberi peringkat pada mereka sebagai pilihan pertama, kedua dan ketiga.

Nunsius dapat berkonsultasi dengan siapa pun yang diinginkannya mengenai para calon, termasuk para uskup, pendeta, dan umat awam. Dia menggunakan kuesioner rahasia untuk mengumpulkan informasi tentang para kandidat.

Dikasteri untuk Uskup membuat suatu rekomendasi, yang kemudian dibawa oleh prefek, atau kepala dikasteri, kepada Paus. Paus dapat memilih salah satu dari tiga kandidat atau memberitahu prefek untuk kembali dengan daftar baru.

Diskusi publik mengenai kandidat tidak diperbolehkan dalam sistem ini, sehingga sulit untuk melibatkan banyak orang dalam proses seleksi. Hirarki tersebut khawatir bahwa pengungkapan nama-nama kandidat kepada publik akan mengarah pada upaya lobi dan kampanye yang memecah-belah, namun menjauhkan kaum awam dari proses tersebut merupakan contoh klerikalisme dan bertentangan dengan sinodalitas.

Umat ​​di keuskupan dapat diajak berkonsultasi secara terbuka mengenai tipe orang seperti apa yang mereka inginkan, namun mereka dilarang menyebutkan nama secara terbuka. Konsultasi ini jarang dilakukan saat ini, meskipun lebih umum dilakukan pada masa Paulus VI. Gambaran tentang uskup ideal oleh kaum awam di sebagian besar keuskupan seringkali tidak realistis. Seperti yang dicatat oleh seorang pengamat, “Mereka menginginkan Yesus Kristus dengan gelar MBA dari Harvard.”

Sinodalitas menuntut adanya transparansi dan konsultasi yang lebih baik dengan kaum awam mengenai pengangkatan uskup. Gereja Katolik juga dapat belajar dengan mempelajari bagaimana para pemimpin dipilih di denominasi lain. Jika gereja-gereja lain berhasil memilih pemimpin melalui proses yang lebih bersifat publik, mengapa Gereja Katolik tidak?

Paus Fransiskus menghadiri pembukaan sesi kedua Sidang Umum Sinode Para Uskup ke-16 di Aula Paulus VI di Vatikan, 2 Oktober 2024. (AP Photo/Andrew Medichini)

Meskipun di banyak belahan dunia (seperti Tiongkok), keterlibatan kaum awam dan pendeta dieksploitasi untuk tujuan politik, ada beberapa tempat di mana gereja bebas bereksperimen dengan metode-metode baru.

Misalnya, nuncio dapat meminta dewan imam diosesan untuk mengajukan tiga nama kepadanya sebagai calon uskup. Atau dia bisa memberitahukan nama ketiga kandidatnya kepada dewan pendeta dan mendapatkan tanggapan mereka. Hal yang sama dapat dilakukan dengan dewan pastoral keuskupan untuk melibatkan kaum awam dalam prosesnya.



Melibatkan lebih banyak orang dalam proses seleksi dapat menimbulkan perpecahan. Mereka yang berpendapat bahwa lebih banyak demokrasi diperlukan di dalam gereja perlu menyadari bahwa demokrasi tidak selalu berjalan dengan baik di bidang politik, bahkan di Amerika. Namun memasukkan lebih banyak orang dalam seleksi akan menghasilkan uskup yang diterima oleh para pendeta dan umatnya. Ada risiko dalam membuka proses tersebut, namun hal tersebut layak untuk diambil.

Karena tidak ada sistem yang sempurna, kita perlu menemukan sesuatu yang checks and balances seperti sistem yang diusulkan oleh Paus Leo I yang melibatkan para pendeta, awam, dan dewan uskup di bawah kepemimpinan Paus. Apakah kita memiliki kedewasaan rohani untuk mencapainya masih harus dilihat.

Sinodalitas telah menunjukkan bahwa jika kita dengan hormat mendengarkan satu sama lain dalam suasana doa, kita akan lebih mungkin melihat ke mana Roh memimpin gereja. Hal ini juga dapat membantu kita melihat siapa yang seharusnya menjadi pemimpin sinode terbaik sebagai uskup.

Source link

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar

god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god god tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tr tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq tq rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw rw