Oposisi menyerukan tidak adanya pengakuan atas suara yang ditetapkan untuk memperpanjang 30 tahun pemerintahan Lukashenko.
Belarus berencana mengadakan pemilihan presiden, di mana petahana Alexander Lukashenko kemungkinan akan mendapatkan masa jabatan ketujuh berturut-turut, pada tanggal 26 Januari.
Komisi Pemilihan Umum Pusat (CEC) mengumumkan tanggalnya di Minsk pada hari Rabu. Lukashenko, sekutu setia Rusia yang dituduh memanipulasi pemilu sebelumnya dan membasmi oposisi politik, telah memperketat cengkeramannya terhadap perbedaan pendapat sejak Moskow melancarkan invasi ke negara tetangga Ukraina pada Februari 2022.
CEC mengatakan dalam sebuah pernyataan di media sosial bahwa parlemen telah menyetujui tanggal pemungutan suara. Lukashenko mengatakan awal tahun ini bahwa dia akan mencalonkan diri kembali pada tahun 2025.
Kekuatan demokrasi di Belarus, yang berusaha untuk menggulingkan Lukashenko sejak ia pertama kali mengambil alih kekuasaan pada tahun 1994 setelah runtuhnya Uni Soviet, sebelumnya telah menyatakan bahwa mereka akan berusaha untuk tidak mengakui pemilu tersebut oleh komunitas internasional.
Seperti pemilu sebelumnya, pemilu terakhir pada tahun 2020 diwarnai oleh laporan kecurangan yang meluas. Pengumuman CEC tentang kemenangan Lukashenko pada tahun itu memicu protes massal selama berminggu-minggu yang tampaknya menempatkan Belarus di ambang revolusi.
Namun, Lukashenko berhasil mengendalikan situasi dan melakukan tindakan keras yang kejam, sehingga ribuan orang ditangkap atau melarikan diri.
Belarus memiliki sekitar 1.300 tahanan politik, menurut kelompok hak asasi manusia Viasna.
'Palsu'
Di antara mereka yang terpaksa diasingkan pada tahun 2020 adalah penantangnya Sviatlana Tsikhanouskaya, yang sebelumnya mengklaim menang dengan lebih dari 60 persen suara.
Dia dengan cepat mengecam pengumuman tanggal pemilu, meragukan kemungkinan terjadinya pemilu yang bebas dan adil.
“Lukashenka telah mengumumkan tanggal ‘terpilihnya kembali’,” tulis Tsikhanouskaya di media sosial, menggunakan ejaan nama presiden yang berbeda. “Ini adalah pemilu palsu tanpa adanya proses pemilu yang nyata, dan dilakukan dalam suasana teror.”
https://x.com/Tsihanouskaya/status/1848997716862345374
“Tidak ada kandidat atau pengamat alternatif yang diizinkan,” lanjutnya. “Kami menyerukan kepada warga Belarusia dan komunitas internasional untuk menolak lelucon ini.”
Setelah sebelumnya hampir mencapai kesepakatan dengan Barat di tengah mendinginnya hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, tindakan keras Lukashenko terhadap perbedaan pendapat politik selama satu dekade terakhir atau lebih telah membuatnya kembali bergabung dengan Moskow.
Pada bulan Februari 2022 ia mengizinkan pasukan Rusia menggunakan wilayah Belarusia untuk melancarkan invasi mereka ke Ukraina.
Rusia telah mengumumkan rencana untuk menempatkan senjata nuklir strategis di Belarus. Lukashenko baru-baru ini menegaskan kembali ancaman bahwa dia akan menggunakan senjata nuklir jika negaranya diserang.
