Banyuwangi – Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Banyuwangi, yang tergabung dalam komunitas Politik Kita Paramuda Indonesia (Polkit), mendatangi calon Bupati Banyuwangi nomor urut 02, Ali Makki Zaini, yang lebih akrab disapa Gus Makki. Dalam aksi ini, para mahasiswa tidak hanya hadir untuk sekadar berdialog, tetapi juga menyampaikan aspirasi dan gagasan terkait visi misi yang diusung oleh Gus Makki.
Sulhan Hadi, koordinator Polkit, menjelaskan bahwa aksi ini muncul dari kegelisahan masyarakat Banyuwangi, terutama dari kalangan bawah, yang dinilai kurang memahami seluk-beluk politik lokal, termasuk tentang siapa calon pemimpin daerah mereka. “Banyak masyarakat di Banyuwangi yang bahkan tidak tahu siapa bupati mereka. Ini yang membuat kita, kaum muda, bergerak untuk mengedukasi dan mengkritisi,” ujar Sulhan dalam pertemuan yang berlangsung di Kecamatan Blimbingsari.
Mahasiswa Ingin Lebih Terlibat dalam Proses Politik
Melalui acara yang bertajuk “Kenali Koreksi Kandidat” atau disingkat K3, para mahasiswa diberi kesempatan untuk mengenal lebih dekat sosok calon pemimpin, mengkritisi visi misi yang diusung, serta menyampaikan masukan dan ide. “Banyak dari kami yang tahu soal pemilu, tapi tidak memahami secara detail program dan visi yang ditawarkan oleh para calon. Kami ingin lebih dari sekadar tahu, tapi juga terlibat,” tambah Sulhan.
Gambar Istimewa : banyuwanginews.com
Acara tersebut dirancang sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mengutarakan pendapat dan unek-uneknya secara langsung kepada Gus Makki. “Kita ingin forum seperti ini bisa menjadi ruang dialog yang lebih terbuka, di mana kita bisa berdiskusi dan memberikan masukan tanpa rasa sungkan,” lanjutnya.
Dalam forum tersebut, mahasiswa juga diminta untuk lebih aktif dalam mengkritisi kebijakan calon pemimpin. Harapannya, acara seperti ini bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas, terutama di kalangan bawah, sehingga partisipasi politik tidak hanya didominasi oleh kalangan elit.
Gus Makki Siap Merangkul Mahasiswa
Menanggapi aspirasi yang disampaikan mahasiswa, Gus Makki dengan tegas menyatakan bahwa dirinya terbuka terhadap kritik dan masukan. “Saya sangat senang dengan forum ini, di mana kita bisa berdiskusi secara terbuka. Kalau ada yang kurang pas, silakan beri masukan. Kritik itu penting untuk perbaikan,” ujar Gus Makki.
Menurutnya, selama ini mahasiswa dan kaum muda sering merasa takut atau ragu untuk menyuarakan pendapat, terutama dalam ruang-ruang formal seperti ini. “Banyak dari teman-teman mahasiswa yang merasa sungkan untuk berbicara langsung dengan calon pemimpin. Ini harus berubah. Saya berkomitmen untuk melibatkan mahasiswa dan pemuda dalam setiap proses pembangunan Banyuwangi, bukan hanya sebagai pengawas, tetapi juga sebagai sumber masukan sejak awal perencanaan,” tegasnya.
Mahasiswa dan Pemuda Sebagai Agen Perubahan
Dalam kesempatan itu, Gus Makki juga menyoroti pentingnya peran pemuda dan mahasiswa sebagai agen perubahan. Ia berjanji bahwa jika terpilih, dirinya akan memberikan ruang lebih luas bagi mereka untuk terlibat dalam setiap program pembangunan daerah. “Pemuda dan mahasiswa harus diberi peran lebih dalam pembangunan daerah. Mereka adalah masa depan kita, dan sudah seharusnya terlibat dalam proses pengambilan keputusan dari hulu hingga hilir,” tambahnya.
“Pemerintah yang tidak mau dikoreksi itu bahaya,” kata Gus Makki tegas. Ia menekankan bahwa kritik yang membangun sangat diperlukan untuk memastikan pemerintahan berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Menurutnya, mahasiswa dan pemuda adalah kelompok yang memiliki daya kritis tinggi, sehingga pemerintah harus mau mendengar suara mereka. “Potensi pemerintah untuk berbuat salah lebih besar, itulah kenapa kita butuh kritik yang datang dari kaum muda,” ungkapnya.
Forum Dialog yang Terus Ditingkatkan
Acara K3 ini tidak hanya bertujuan untuk mengenalkan calon pemimpin kepada masyarakat, tetapi juga membuka ruang dialog yang lebih aktif antara mahasiswa dan calon pemimpin daerah. Sulhan Hadi berharap agar forum semacam ini dapat terus dilakukan, tidak hanya pada masa kampanye, tetapi juga pada masa-masa setelah pemilu.
“Sebenarnya, kita ingin acara seperti ini bisa digelar di tingkat kecamatan atau bahkan desa, agar masyarakat bawah bisa ikut terlibat. Mahasiswa juga diharapkan dapat menyelenggarakan diskusi-diskusi yang tidak hanya terkait politik, tetapi juga soal kebijakan publik dan isu-isu sosial lainnya yang berdampak langsung pada masyarakat,” pungkas Sulhan.
